Beranda | Artikel
Hadits Keutamaan Membangun Masjid
Senin, 6 November 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Hadits Keutamaan Membangun Masjid merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Mukhtashar Shahih Muslim yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Ahad, 21 Rabi’ul Akhir 1445 H / 5 November 2023 M.

Kajian Hadits Tentang Keutamaan Membangun Masjid

Hadits 239:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ ﵄ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ رَاكِبًا أَو مَاشِيًا فَيُصَلِّي فِيهِ رَكْعَتَيْنِ.

Dari Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, ia berkata: “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasanya mendatangi Masjid Quba baik dengan berkendaraan ataupun dengan berjalan kaki, lalu Beliau shalat di Masjid Quba dua rakaat.” (HR. Muslim)

Di sini menunjukkan bahwa kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu shalat di Masjid Quba. Jarak dari Madinah ke Masjid Quba itu sekitar 5 km, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang keutamaannya, dalam hadits yang dikeluarkan Imam Ahmad Tirmidzi dan disahihkan Imam As-Suyuti.

صلاة في مسجد قباء تعدل عمرة

“Shalat di Masjid Quba itu pahalanya sama dengan umrah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan disahihkan Imam As-Suyuti.)

Dan dalam Ash-Shahihain, dari Abdullah bin Umar:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم : كان يأتي قباء يعني كل سبت، كان يأتيه راكبا وماشيا ، قال ابن دينار: وكان ابن عمر يفعله .

“Bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasanya mendatangi Masjid Quba itu setiap Sabtu (seminggu sekali). Beliau mendatanginya terkadang dengan berjalan kaki dan terkadang berkendaraan.” Ibnu Dinar berkata: “Adalah Abdullah bin Umar juga melakukan hal itu.”

Ini menunjukkan akan keutamaan shalat di Masjid Quba. Bahkan sebagian sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sungguh-sungguh untuk shalat di sana, seperti misalnya Saad bin Abi Waqqas Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau berkata:

 لأن أصلي في مسجد قباء ركعتين أحب إليَّ من أن آتي بيت المقدس مرتين، لو يعلمون ما في قباء لضربوا إليه أكباد الإبل

“Aku shalat di Masjid Quba dua rakaat, lebih aku sukai daripada mendatangi Baitul Maqdis dua kali. Kalaulah mereka mengetahui bagaimana besarnya pahala shalat di Masjid Quba, tentu mereka akan membeli unta-unta untuk pergi kepadanya.” (Kata Al-Hafidz Ibnu Hajar sanadnya shahih)

Umar Radhiyallahu ‘Anhu berkata:

 لو كان مسجد قباء في آفاق لضربنا إليه أكباد المطي

“Kalaulah Masjid Quba itu adanya di ufuk yang jauh, kami pasti akan mendatanginya dengan menggunakan unta-unta.” (HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf)

Ini menunjukkan betapa besarnya pahala shalat di Masjid Quba. Dan Alhamdulillah, setiap antum yang umrah pasti, InsyaAllah, biasanya diajak untuk shalat di sana. Maka gunakan kesempatan tersebut.

Bab keutamaan orang yang membangun masjid

Kita sampai pada باب: فضل من بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا (Bab keutamaan orang yang membangun masjid).

Masjid adalah bangunan yang dibangun untuk ditegakkan padanya shalat berjamaah dan statusnya wakaf. Dimana disyaratkan untuk disebut masjid dengan tiga syarat:

Pertama, harus wakaf. Dalilnya firman Allah Ta’ala:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ…

“Dan bahwasanya masjid itu untuk Allah…” (QS. Al-Jinn[72]: 18)

Dan para ulama semua sepakat bahwasanya masjid itu harus wakaf. Adapun kalau dia bukan wakaf, tapi milik pribadi, maka tidak disebut masjid.

Kedua, diizinkan padanya shalat secara umum, semua orang boleh masuk shalat di situ. Artinya tidak dilarang untuk shalat disitu. Adapun kalau misalnya hanya khusus untuk orang tertentu saja, sedangkan yang lain tidak boleh, maka itu tidak disebut juga masjid.

Ketiga, disediakan untuk menegakkan shalat lima waktu secara terus menerus.

Syaikh Utsaimin Rahimahullah ditanya tentang, “Apa bedanya masjid dengan mushala?” Mushala menurut orang Indonesia adalah Langgar atau Masjid Kecil. Tapi kalau menurut orang Arab, mushalat adalah lapangan yang disediakan untuk shalat.

Beliau berkata menjawab pertanyaan tersebut bahwa secara umum, semua bumi ini adalah masjid (tempat shalat/sujud). Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

جُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا

“Bumi ini dijadikan untukku sebagai masjid dan alat untuk bersuci.” (HR. Bukhari)

Lihat: Pengertian dan Tata Cara Tayamum

Adapun maknanya secara khusus, yaitu tempat yang disediakan untuk shalat secara terus-menerus lima waktu. Dimana itu dijadikan khusus, memang untuk tempat shalat, baik itu dibangunnya pakai semen, pakai batu, pakai apapun, pokoknya itu adalah bangunan yang disediakan untuk shalat lima waktu.

Lajnah Daimah juga ditanya tentang pengertian masjid. Maka dijawab bahwa masjid adalah sebuah tempat yang dikhususkan untuk shalat lima waktu secara terus-menerus, dan statusnya wakaf. Adapun mushala itu adalah untuk shalat sekali-kali saja, seperti shalat Ied, demikian pula shalat jenazah dan yang lainnya.

Hadits 240:

 عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ ﵁ أَرَادَ بِنَاءَ الْمَسْجِدِ فَكَرِهَ النَّاسُ ذَلِكَ وَأَحَبُّوا أَنْ يَدَعَهُ عَلَى هَيْئَتِهِ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللهُ لَهُ بيتاً في الْجَنَّةِ. 

Dari Mahmud bin Labid, bahwasanya Utsman bin Affan ingin membangun masjid. Maka orang-orang merasa tidak suka. Mereka lebih suka untuk membiarkan saja, seperti keadaannya semula. Maka Utsman berhujah dengan hadits: “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di Surga.`” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan kehati-hatian para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dimana mereka sangat khawatir sekali kalau jatuh kepada perbuatan bid’ah dalam agama. Sampai ketika Utsman mau kembali membangun, masjid Nabawi saja, para sahabat tidak suka. Saat Umar mengusulkan kepada Abu Bakar supaya dibukukan Al-Qur’an, tadinya Abu Bakar takut itu termasuk bid’ah. Tapi setelah dijelaskan oleh Umar, akhirnya pahamlah Abu Bakar. Itu menunjukkan betapa mereka sangat hati-hati dalam masalah urusan agama ini.

Maka di sini, kita pun penting, untuk berhati-hati di dalam masalah agama. Kita berusaha agar yang kita lakukan ini sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Makanya, sebagian Salaf berkata:

إن استطعتَ ألا تَحُكَّ رأسك إلا بِأَثَرٍ فافعل

“Kalau kamu bisa untuk tidak menggaruk kepalamu kecuali dengan berdasarkan atsar, lakukan.”

Masyaallah, sampai demikian, para Salafush Shalih. Kita berusaha dalam semua sikap-sikap kita, apalagi yang berhubungan dengan ibadah, agama, itu ada dasarnya dalam syariat. Bukan hanya sebatas kepuasan dan yang lainnya.

Keutamaan membangun masjid

Hadits ini juga kita ambil faedah tentang keutamaan membangun masjid, dimana Utsman bin Affan berhujah dengan keumuman hadits:

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللهُ لَهُ بيتاً في الْجَنَّةِ

“Siapa yang membangun masjid, (dalam satu riwayat yang lain ada tambahan ولو كمَفْحَصِ قَطاةٍ (walaupun sebesar sarang burung) maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di Surga.”

Apa mungkin ada masjid sebesar sarang burung? Kata para ulama ini namanya hiperbola. Artinya walaupun sedikit yang kita sumbangkan untuk pembangunan masjid, tetap Allah akan membangunkan untuk kita rumah di Surga. MasyaAllah.

Maka dari itu, ini menunjukkan betapa agung dan besarnya pahala membangun masjid. Bahkan bukan hanya sebatas dibangunkan rumah di surga, tapi juga pahalanya itu terus mengalir, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

سبعٌ يَجْري للعبد أجرُهن وهو في قبره بعد موته: من عَلَّم عِلْماً، أو كَرى نهراً، أو حفر بئراً، أو غرس نخلاً، أو بنى مسجداً، أو ورّث مصحفاً، أو ترك ولداً يستغفر له بعد موته

“Ada tujuh amal yang pahalanya terus mengalir kepada hamba walalupun si hamba ini sudah meninggal dalam kuburnya:

  1. orang yang mengajarkan ilmu dimana ilmu itu diamalkan oleh manusia,
  2. orang yang mengalirkan sungai untuk pengairan sehingga banyak petani mendapatkan banyak manfaat dari air sungai tersebut,
  3. orang yang menggalikan sumur sehingga orang-orang dapat mengambil manfaat dari airnya,
  4. orang yang menanam pohon kurma atau pohon lain yang berbuah yang bermanfaat,
  5. orang yang membangun masjid,
  6. orang yang mewakafkan mushaf,
  7. orang yang meninggalkan anak di mana anak ini senantiasa memohonkan ampunan untuknya setelah meninggalnya.

Dikeluarkan oleh Al-Bazzar dan Abu Nu’aim. Syaikh Albani menganggap hadits ini hasan lighairihi karena adanya penguat dari hadits sebelumnya.

Lihat: Amalan Yang Tidak Pernah Putus

MasyaAllah.. Itu masjid selama dipakai, maka terus pahalanya mengalir ke Antum. Kita sangat membutuhkan sedekah jariyah seperti itu.

Balasan itu sesuai dengan jenis perbuatan

Balasan itu sesuai dengan jenis perbuatan. Nabi mengatakan: “Siapa yang membangun masjid -dan masjid adalah rumah Allah- karena Allah, maka Allah akan bangunkan rumah di mana Di Surga.”

Masyaallah. Itu menunjukkan bahwa balasan sesuai dengan jenis perbuatan. Karena masjid itu rumah Allah, maka Allah pun akan memberikan kepada kita rumah di Surga.

Antum tahu sendiri bagaimana rumah di Surga, akhi. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwa batu-batu bangunan terbuat dari emas dan perak, acinya dengan minyak kesturi, kerikil-kerikilnya dari intan permata, luar biasa, saudarau. Siapa yang tidak ingin mendapatkan rumah di Surga?

Kalau seseorang ingin beli rumah di dunia, butuh kerja keras, untuk nyicil, dan yang lainnya. Tapi untuk membangun rumah di Surga, ternyata hanya dengan menyumbangkan sebagian harta untuk pembangunan masjid. Maka Allah bangunkan untuknya rumah di Surga.

Kefakihan Utsman bin Affan

Hadits ini juga menunjukkan akan kefakihan Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, dimana beliau berhujah dengan keumuman hadits tentang keutamaan membangun apa masjid.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53544-hadits-keutamaan-membangun-masjid/